Kamis, 31 Maret 2011

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL GONORE,SIFILIS,HIV/AIDS

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
Sekelompok penyakit yang disebabkan oleh infeksi berbagai jenis mikroorganisme ( virus,bakteri,protozoa dan jamur) yang menimbulkan gejala klinik utama disaluran kemih dan reproduksi (maupun sistemik) dan/atau jalur penularannya melalui hubungan seksual.
Wanita, termasuk yang sedang hamil, merupakan kelompok resiko tinggi terhadap PMS. Penelitian disurabaya menyebutkan angka kematian PMS pada ibu hamil adalah 19,2%. Angka kejadian PMS pada ibu hamil yang melakukan asuhan antenatal di Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta (1998) adalah 16,1% untuk kandidiasis vaginalis, 4,2% infeksi klamidia dan 1,2% trikomoniasis.
Penyakit menular seksual dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas terhadap ibu maupun bayi yang dikandung.
       I.            SIFILIS
Sifilis merupakan penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Treponema pallidum yang dapat mengenai seluruh organ tubuh, mulai dari kulit, mukosa, jantung hingga susunan saraf pusat, dan juga dapat tanpa manifestasi lesi ditubuh. Infeksi terbagi atas beberapa fase, yaitu sifilis primer, sifilis sekunder, sifilis laten dini dan lanjut, serta neurosifilis ( sifilis tersier ). Sifilis umumnya ditularkan lewat kontak seksual, namun juga dapat secara vertical pada masa kehamilan
Lesi primer sifilis berupa tukak yang biasanya timbul didaerah genital eksterna. Sifilis primer memiliki masa inkubasi 10 sampai 90 hari(rata-rata 3 minggu).
Pada perempuan kelainan sering ditemukan dilabia mayora, labia minora, atau serviks. Gambaran klinik dapat khas, akan tetapi dapat juga tidak khas. Lesi awal berupa papul berindurasi yang tidak nyeri , kemudian permukaanya mengalami nekrosis dan ulserasi dengan tepi yang meninggi, teraba keras, dan berbatas tegas. Jumlah ulserasi biasanya hanya satu, namun dapat juga multiple.
Sekitar 4 sampai 10 minggu kemudian muncul sifilis sekunder yang ditandai dengan malese, demam, nyeri kepala, limfadenopati generalisata, ruam generalisata dengan lesi dipalmar, plantar, mukosa oral atau genital, kondiloma lata didaerah intertrigenosa dan alopesia. Lesi kulit biasanya simetris,dapat berupa macula, papula, papuloskuamosa dan pustule yang jarang disertai keluhan gatal.
Sifilis laten merupakan fase sifilis tanpa gejala klinik dan hanya pemeriksaan serologic yang reaktif. Hal ini mengindikasikan organisme ini masih tetap ada didalam tubuh, dan dalam perjalananya fase ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun, bahkan seumur hidup. Kurang lebih 2/3 pasien sifilis laten yang tidak diobati akan tetap dalam fase ini selama hidupnya.
Sifilis tersier terjadi pada 1/3 pasien yang tidak diobati. Fase ini dapat terjadi sejak beberapa bulan hingga beberapa tahun setelah fase laten dimulai. Treponema palidum menginvasi dan menimbulkan kerusakan pada system saraf pusat, system kardiovaskuler, mata, kulit serta organ lain. Lesi tersebut bersifat destruktif dan biasanya muncul dikulit, tulang atau organ dalam.
Pada kehamilan gejala klinik tidak banyak berbeda dengan keadaan tidak hamil, hanya perlu diwaspadai hasil tes serologi sifilis pada kehamilan normal bias memberikan hasil positif palsu. Transmisi dari ibu ke janin umumnya terjadi setelah plasenta berbentuk utuh, kira-kira sekitar umur kehamilan 16 minggu. Oleh karena itu bila sifilis primer atau sekunder ditemukan pada kehamilan setelah 16minggu, kemungkinan timbulnya sifilis kongenital lebih memungkinkan.
WHO dan CDC telah merekomendasikan  pemberian terapi injeksi penisilin benzatin 2,4 juta MU untuk sifilis primer, sekunder dan laten dini. Sedangkan untuk sifilis laten lanjut atau tidak diketahui lamanya, mendapat 3 dosis injeksi tersebut. Alternative pengobatan bagi yang alergi terhadap penisilin dan tidak hamil dapat diberi doksisiklin peroral,2 x100 mg/hari, atau tetrasiklin per o ral 4x500 mg/hari selama 30 hari. Bagi yang alergi terhadap penisilin dan hamil sebaiknya tetap diberi penisilin secara desensitisasi. Bila tidak memungkinkan, pemberian eritromisin per oral 4x500 mg/hari selama 30 hari dapat dipertimbangkan.
II.GONORE
Gonore adalah semua infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae.
Gambaran klinik dan perjalan penyakit  pada perempuan dan wanita berbeda dari pria. Hal ini disebabkan perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita. Gonore pada wanita kebanyakan asimptomatik sehingga sulit untuk menentukan masa inkubasinya.
Infeksi pada uretra dapat bersifat simptomatik ataupun asimptomatik, tetapi umumnya jarang terjadi tanpa infeksi pada serviks, kecuali pada perempuan yang telah dihisterektomi.
Keluhan traktus genitourinarius bawah yang paling sering adalah dysuria yang kadang-kadang disertai polyuria, perdarahan antara masa haid, dan menoragia. Daerah yang paling sering terinfeksi adalah serviks. Pada pemeriksaan, serviks tampak hiperemis dengan erosi dan secret mukopurulen.
Komplikasi sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genitalia. Infeksi pada serviks dapat menimbulkan komplikasi salpingitis atau penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul yang simptomatik maupun asimptomatik dapat mengakibatkan jaringan parut pada tuba sehingga menyebabkan infertilitas atau kehamilan ektopik.
Infeksi gonore selama kehamilan telah diasosiasikan dengan pelvic inflammatory disease. Infeksi ini sering ditemukan pada trimester pertama sebelum korion berfusi dengan desidua dan mengisi kavum uteri. Pada tahap lanjut menyebabkan prematuritas, ketuban pecah dini,korioamnionitis dan infeksi paska persalinan. Manifestasi tersering dari infeksi perinatal, umunya ditransmisikan selama proses persalinan. Jika tidak diterapi, kondisi ini dapat mengarah pada perforasi kornea dan panoftalmitis. Infeksi neonatal lainnya yang lebih jarang termasuk meningitis, sepsis,diseminata serta infeksi genital dan rektal.
Pilihan terapi yang direkomendasikan oleh CDC adalah sefiksim 400mg per oral, seftriakson 250mg IM, siprofloksasin 500mg per oral, ofloksasin 400mg per oral, levofloksasin 250 mg per oral.
III.HIV/AIDS
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) adalah sindroma dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh infeksi Human immunodeficiency virus (HIV).
Virus masuk kedalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen, dan secret vagina. Sebagian besar melalui hubungan seksual. Virus ini cenderung menyerang sel jenis tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen permukaan CD4, terutama limfosit T yang memegang peranan penting dalam mengatur dan mempertahankan system kekebalan tubuh.
Gejala umum adalah demam dan keringat malam, rasa lelah,ruam,nyeri kepala,limfadenopati,faringitis,myalgia,arthralgia,mual,muntah dan diare. Setelah gejala mereda, mulailah diawali infeksi akut maka dapat terjadi infeksi kronik selama beberapa tahun disertai replikasi virus secara lambat. Kemudian setelah terjadi penurunan system imun yang berat, maka terjadi berbagai infeksi dan pasien dapat dikatakan telah masuk pada keadaan AIDS.
Perjalan penyakit lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun sesudah infeksi pertama, bahkan bias lebih lama lagi.
Kelainan yang dapat terjadi pada janin adalah berat badan lahir rendah, bayi lahir mati, prematuritas, dan abortus.
Penatalaksanaan selama kehamilan dengan melakukan konseling yang merupakan suatu keharusan bagi wanita positif HIV. Hal ini sebaiknya dilakukan pada awalkehamilan, dan apabila ia memilih untuk melanjutkan kehamilannya, perlu diberikan konseling berkelanjutan untuk membantu wanita tersebut secara psikologis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar